Hustle culture adalah mentalitas atau gaya hidup di mana seseorang terus-menerus berfokus pada kerja keras dan produktivitas yang berlebihan, sering kali dengan mengorbankan kesehatan mental, fisik, dan kehidupan sosial.
Dalam hustle culture, bekerja tanpa henti dan terus mengejar kesuksesan dianggap sebagai tolok ukur utama nilai diri, dan keberhasilan sering kali diukur dari seberapa sibuk atau produktif seseorang.
Budaya ini didorong oleh ide bahwa bekerja lebih keras dan lebih lama adalah cara untuk mencapai impian dan tujuan hidup. Media sosial dan narasi populer yang mengagungkan gaya hidup sibuk turut memperkuat pandangan ini.
Kritik terhadap hustle culture menyoroti dampak negatifnya, seperti kelelahan, stres, dan kehilangan keseimbangan hidup. Sebagai tanggapan, banyak orang kini berusaha mencari keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental, serta menilai kembali definisi mereka tentang kesuksesan.
7 Karakteristik Hustle Culture
Ada beberapa karakteristik dari hustle culture, antara lain:
Kerja Berlebihan (Overworking): Orang yang terjebak dalam hustle culture cenderung bekerja berjamjam setiap hari, bahkan pada akhir pekan, tanpa waktu istirahat yang memadai. Mereka mengabaikan kebutuhan akan istirahat dan pemulihan.
Mengorbankan Keseimbangan Hidup: Keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi sering kali diabaikan. Waktu untuk keluarga, teman, hobi, dan kesehatan diri dikesampingkan demi pekerjaan atau tujuan profesional.
Keberhasilan Diukur dari Produktivitas: Seseorang dalam hustle culture cenderung mengukur keberhasilan dari seberapa banyak hal yang bisa diselesaikan atau dicapai dalam waktu singkat, bukan dari kualitas pekerjaan atau kebahagiaan pribadi.
Merasa Bersalah saat Tidak Bekerja: Ada perasaan bersalah atau cemas ketika tidak bekerja atau tidak produktif. Waktu istirahat sering kali dianggap sebagai pemborosan waktu.
Penghargaan terhadap “Grind” atau Kesibukan: Hustle culture memuja kerja keras yang konstan dan tidak pernah berhenti (the grind). Seseorang dipuji karena sibuk terus-menerus, meskipun mengabaikan kesehatan fisik dan mental mereka.
Kurangnya Batasan antara Kerja dan Kehidupan Pribadi: Batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur. Orang sering membawa pekerjaan ke rumah atau selalu terhubung dengan pekerjaan melalui perangkat digital.
Kompromi terhadap Kesehatan: Hustle culture sering kali menyebabkan stres kronis, kelelahan (burnout), masalah kesehatan fisik (seperti sakit kepala, insomnia, dan masalah pencernaan), serta gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Dampak Negatif Hustle Culture terhadap Kesehatan Mental
Meskipun mungkin terlihat menginspirasi, hustle culture dapat berdampak negatif pada kesehatan mental individu. Berikut beberapa cara di mana hustle culture mempengaruhi kesehatan mental:
Stres Berlebihan: Tekanan untuk selalu produktif dan bekerja tanpa henti dapat menyebabkan stres berlebihan. Stres ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan bahkan depresi.
Burnout: Ketika seseorang terus-menerus memaksakan diri untuk bekerja tanpa istirahat yang cukup, mereka berisiko mengalami burnout. Burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan emosional yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan, dan dapat mengurangi efektivitas kerja serta kepuasan hidup.
Kehilangan Keseimbangan Hidup: Hustle culture sering kali mengorbankan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk bersantai, berolahraga, atau bersosialisasi sering kali diambil alih oleh pekerjaan, yang dapat menyebabkan isolasi sosial dan menurunnya kualitas hidup.
Ekspektasi Tidak Realistis: Budaya ini juga dapat menciptakan ekspektasi tidak realistis tentang keberhasilan. Tekanan untuk terus-menerus mencapai lebih bisa membuat seseorang merasa tidak pernah cukup, yang dapat memicu perasaan rendah diri dan ketidakpuasan kronis.
Untuk menjaga kesehatan mental, penting bagi individu untuk menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Istirahat yang cukup, waktu berkualitas dengan orang-orang terdekat, dan aktivitas yang menyenangkan adalah kunci untuk mengatasi dampak negatif dari hustle culture.